News.arasatas.com

Donasi untuk Pengembangan Literasi

Bagikan donasi Anda untuk mendukung pengembangan Pustaka Buku dan Riset Literasi Aras Atas.

QR Code Neobank
Waspadai Gelombang Baru COVID-19: Penyebaran Meluas, Ancaman Global Bangkit Lagi
Waspadai Gelombang Baru COVID-19: Penyebaran Meluas, Ancaman Global Bangkit Lagi
Kasus COVID-19 naik di Asia. Varian baru mengancam. Ini dampaknya dan respons global menurut WHO, CDC, dan pakar ekonomi dunia.

Kasus COVID-19 kembali melonjak di Asia dan dunia. Ini analisis dampak dan prediksi para pakar.

Aras Atas - Lonjakan kasus COVID-19 terjadi di beberapa negara Asia. Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan lebih dari 14.000 kasus dalam sepekan (MOH Singapore, 6 Mei 2025). Pemerintah meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan prokes.

Di Hong Kong, otoritas kesehatan melaporkan 1.042 kasus positif pada minggu ke-19 tahun ini, naik dari 972 kasus pada pekan sebelumnya (CHP Hong Kong, 15 Mei 2025). Masyarakat diminta tidak menyepelekan gejala ringan seperti batuk atau demam.

Jumlah rawat inap di Singapura naik 30% dibanding minggu sebelumnya, dan rumah sakit mulai mengatur ulang kapasitas (The Straits Times, 6 Mei 2025). Pemerintah kembali membagikan masker gratis dan memperketat protokol di tempat publik.

Hingga Mei 2025, Hong Kong mencatat lebih dari 1.400 kematian akibat COVID-19 sejak awal 2023, mayoritas pasien lanjut usia dan komorbid (CHP Annual Report, 2025). Masyarakat diminta untuk tidak menunda vaksinasi booster yang tersedia.

Penyebab dan Penyebaran COVID-19 Terbaru

Varian baru KP.2 dan JN.1 menjadi penyebab lonjakan terkini. KP.2 berasal dari mutasi Omicron dengan tingkat penularan lebih tinggi (CDC USA, 3 Mei 2025). WHO menetapkannya sebagai varian yang sedang dipantau sejak April 2025.

Kementerian Kesehatan Jepang menyebut KP.2 telah menjadi penyebab dominan 40% kasus baru di Tokyo dan Osaka (NHK Japan, 8 Mei 2025). Di Taiwan, varian serupa dilaporkan mendominasi di Taipei dan Taichung (Taiwan CDC, 10 Mei 2025).

Singapura mengalami lonjakan cepat dengan KP.2 menjadi varian dominan sejak awal Mei 2025. Data resmi menyebut penyebarannya meningkat 1,5 kali lebih cepat dari varian sebelumnya (Ministry of Health Singapore, 3 Mei 2025).

WHO melaporkan setidaknya 36 negara telah mencatat kenaikan kasus KP.2 dan JN.1, termasuk negara-negara Eropa seperti Jerman dan Prancis (WHO Situation Update, 9 Mei 2025). Penyebaran kini bersifat lintas benua dan lebih merata.

WHO meminta semua negara meningkatkan pengawasan genomik dan distribusi vaksin booster terbaru berbasis mRNA (WHO Press Briefing, 9 Mei 2025). Negara-negara anggota didesak terbuka dalam pelaporan data infeksi varian baru ini.

Respons Global dan Risiko Kesehatan

WHO, CDC, dan ECDC menyarankan penggunaan masker di tempat ramai dan menyarankan vaksinasi booster, terutama bagi lansia dan kelompok risiko tinggi (ECDC Risk Assessment, 5 Mei 2025). Protokol standar mulai kembali digalakkan di sekolah.

Varian KP.2 menyebabkan gejala sistemik lebih lama, termasuk sakit tenggorokan, batuk, nyeri kepala, dan kelelahan ekstrem (CDC USA, Mei 2025). Meski tingkat keparahan tergolong sedang, gejalanya berlangsung hingga 10 hari pada sebagian pasien.

CDC menyebut KP.2 meningkatkan risiko infeksi ulang, bahkan pada mereka yang sudah mendapat booster (CDC COVID Tracker, 2 Mei 2025). Hal ini membuat sistem kekebalan alami menjadi kurang efektif menghadang penularan ulang.

WHO menyatakan bahwa vaksin tetap penting untuk mencegah gejala berat, meskipun efektivitasnya terhadap infeksi awal menurun (WHO Technical Brief, 4 Mei 2025). Vaksin generasi baru sedang dikembangkan dengan penyesuaian spike protein terbaru.

Dr. Anthony Fauci menyebut masyarakat perlu mewaspadai varian baru seperti KP.2 yang meski tak separah Delta, tetap berdampak luas. “Kita tidak boleh lengah karena virus ini berubah sangat cepat,” ujarnya dalam forum CDC Global, Mei 2025.

Perbedaan COVID-19 Baru dan Lama

KP.2 memiliki laju transmisi lebih cepat dari varian Omicron sebelumnya. Mutasi pada spike protein membuat virus lebih cepat masuk ke sel tubuh (Nature Journal, April 2025). Ini menjelaskan kenapa infeksi terjadi dalam waktu lebih singkat.

Gejala COVID-19 lama biasanya terbatas pada sistem pernapasan atas. KP.2 menunjukkan gejala tambahan seperti nyeri perut, mual, hingga gangguan pencernaan ringan (JAMA, 2025). Hal ini menyulitkan diagnosis awal tanpa tes swab PCR.

Resistensi terhadap antibodi vaksin juga lebih tinggi pada KP.2. Namun, vaksin tetap melindungi dari gejala parah dan kematian (Lancet Infectious Diseases, Mei 2025). WHO menyarankan vaksinasi ulang khususnya untuk populasi rentan.

Infeksi ulang dengan KP.2 terjadi lebih sering dan dalam interval waktu lebih pendek. Seseorang bisa terinfeksi kembali hanya dalam waktu 2 bulan (BMJ Report, April 2025). Hal ini meningkatkan tekanan pada sistem kesehatan primer.

Dampak Global Jika COVID-19 Berlarut

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia turun jadi 3,9% pada 2025 akibat COVID-19, dari 4,6% tahun lalu (IMF Asia Outlook, Mei 2025). Penurunan paling terasa pada sektor wisata, logistik, dan tenaga kerja informal di negara berkembang.

OECD melaporkan lebih dari 3 juta kehilangan pekerjaan di negara anggota akibat long COVID dan fluktuasi pasar kerja (OECD Report, April 2025). Biaya ekonomi yang hilang diperkirakan mencapai US$141 miliar dalam 12 bulan terakhir.

Thailand mengoreksi proyeksi kunjungan wisatawan asing karena kasus COVID-19 meningkat. Target turis direvisi dari 38 juta jadi 36,5 juta (Bangkok Post, 5 Mei 2025). Ini berdampak langsung pada ekonomi lokal dan investasi asing.

Dr. Soumya Swaminathan menyebut “dampak varian baru ini lebih ke sisi sosial dan ekonomi jangka panjang ketimbang fatalitas.” (WHO Scientific Brief, 2025). Ia menyarankan negara menyusun peta jalan mitigasi pandemi skala menengah.

IMF dan WHO mendesak negara meningkatkan cadangan fiskal dan kapasitas pelayanan kesehatan primer. Tanpa intervensi jangka panjang, dunia bisa mengalami stagnasi ekonomi baru dan ketimpangan akses layanan kesehatan (IMF/WHO Joint Statement, Mei 2025).|a.a

Baca juga:

Komentar

Gabung dalam percakapan

Aras Atas